Selasa, 22 Juni 2010

LIMA MUNAJAT YAHYA BIN MU’ADZ AR-RAZI

0 komentar
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullâh dalam munajatnya berkata:
  1. “Wahai Tuhanku, tiada keindahan malam, kecuali dengan bermunajat kepada-Mu;
  2. tiada keindahan siang hari, kecuali dengan taat kepada-Mu;
  3. tiada keindahan dunia ini, kecuali dengan dzikir kepada-Mu;
  4. tiada keindahan akhirat itu, kecuali dengan ampunan-Mu;
  5. tiada keindahan surga itu, kecuali dengan melihat-Mu.”

Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu dilaknat; sesuatu yang ada padanya juga dilaknat, kecuali dzikir kepada Allah, sesuatu yang dicintai-Nya, orang ‘Alim; dan orang yang menuntut ilmu.” (HR. Nasa’I dan Ibnu Majah)

Adapun munajatnya ‘Ali radiallahu anhu adalah sebagai berikut:
“Bukankah Engkau telah mendengar dengan kekuatan-Mu
wahai Tuhan yang menjadi kekuatan atas do’a orang yang lemah
yang ditimpa musibah, yang tenggelam dalam lautan kebingungan
penuh dengan keprihatinan.
Aku berseru dengan penuh rendah diri setiap hari
dalam kesungguhan berdo’a kepada-Mu.
Sungguh terasa sempit bagiku dunia ini, sementara penduduk dunia
tidak mengetahui obatku, maka ambillah tanganku,
karena aku benar-benar memohon keselamatan dengan ampunan-Mu.
Aku datang kepada-Mu dengan diiringi cucuran air mata.
Oleh karena itu, kasihanilah tangisku ini karena malu kepada-Mu.
Aku terlalu banyak noda dan dosa kepada-Mu;
aku sekarang berada dalam kebingungan,
sedangkan Engkau adalah Dzat Pembebas kebingungan.
Aku sakit, sedangkan Engkau adalah obat penawar sakitku.
Ya Allah, bangkitkan diriku ini dengan penuh harapan.
Aku katakan kepada-Mu, wahai Tuhanku, aku senantiasa berharap
agar Engkau mau memenuhi harapanku.
Balasan yang layak untukku tiada lain Engkau menyiksaku.
Akan tetapi, aku berlindung dengan anugerah-Mu yang baik.
Wahai tumpuan harapanku
Engkau telah mengistimewakan junjunganku (Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam)
dengan pemberian maaf atas diriku, karena aku sekarang
berada di tengah musibah yang menimpaku.”

Adapun yang dimaksudkan dengan “ambillah tanganku” adalah terimalah do’aku ini.

Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Ketika Allah menurunkan Nabi Adam alaihi salaam dari surga ke bumi, maka segala sesuatu yang ada di sekitar Nabi Adam alaihi salaam (sewaktu di surga) turut berduka cita, kecuali emas dan perak. Allah pun lalu berfirman kepada keduanya: ‘Aku jadikan kalian berdua bertetangga dengan seorang hamba dari hamba-Ku, kemudian Aku turunkan dia dari sampingmu, maka semua yang ada di kanan kirinya turut bersedih, kecuali kalian berdua.’ Selanjutnya, emas dan perak itu berkata: ‘Wahai Tuhan kami dan Pelindung kami, Engkau Maha Mengetahui bahwasanya Engkau telah menjadikan kami bertetangga dengan Adam saat ia taat kepada-Mu. Ketika ia berbuat dosa, maka kami tidak bersedih.’ Selanjutnya, Allah berfirman kepada emas dan perak: ‘Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sungguh Aku akan memuliakan kalian berdua sehingga segala sesuatu tidak akan diperoleh, kecuali dengan kalian berdua.’” (HR. Dailami)

Senin, 21 Juni 2010

LIMA PERKARA YANG DICINTAI DAN LIMA PERKARA YANG BAKAL DILUPAKAN

0 komentar
Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Akan datang pada umatku suatu masa yang mana umatku mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara lainnya, yaitu:
  1. mereka mencintai dunia dengan melupakan akhirat;
  2. mereka mencintai kehidupan (dunia) dengan melupakan kematian;
  3. mereka mencintai rumah yang megah dengan melupakan kubur;
  4. mereka mencintai harta benda dengan melupakan hisab (pertanggung jawabannya); dan
  5. mereka mencintai makhluk dengan melupakan Khaliqnya (penciptanya, yaitu Allah).”


  6. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

    “Barang siapa yang setiap harinya membaca do’a: ‘Alloohumma baarik lii fil mauti wa fii maa ba’dal mauut,’ (Ya Allah, berilah berkah kepadaku sewaktu menjalani kematian dan sesudahnya) sebanyak 25 kali, niscaya Allah akan memberikan pahala (mati) syahid kepadanya meskipun dia mati di atas peraduannya.” (HR. Thabarani)

    Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

    “Zuhud adalah mencintai sesuatu yang dicintai Allah dan membenci sesuatu yang dibenci Allah; meninggalkan harta yang halal sebagaimana meninggalkan harta yang haram, sebab yang halalnya pasti akan dihisab, sedangkan yang haramnya pasti akan membuahkan siksa; menyayangi sesame orang Islam sebagaimana menyayangi diri sendiri; memelihara diri dari ucapan yang tidak bermanfaat sebagaimana memelihara diri dari ucapan yang haram; memelihara diri dari banyak makan sebagaimana memelihara diri dari makan bangkai yang amat busuk; memelihara diri dari aneka macam kesenangan dunia dan perhiasannya sebagaimana memelihara diri dari panasnya api; dan tidak panjang angan-angan. Inilah arti zuhud yang sebenarnya.” (HR. Dailami)

    Suatu ketika Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam melewati suatu majelis yang penuh dengan canda ria dan gelak tawa, kemudian beliau bersabda kepada mereka yang ada dalam majelis tersebut:

    “Isilah majelis kalian ini dengan hal-hal yang dapat mengingatkan kepada pemutus kenikmatan duniawi.” Para sahabat lantas bertanya: “Apa yang dimaksud dengan pemutus kenikmatan duniawi itu?” Beliau menjawab: “Maut.”

Minggu, 20 Juni 2010

LIMA POIN MUNAJAT AHLI IBADAH

0 komentar
Sebagian ahli ibadah berkata dalam munajatnya sebagai berikut:

“Wahai Tuhanku,
  1. panjang angan-angan telah membuatku tertipu;
  2. kecintaanku kepada dunia telah membuat diriku sengsara;
  3. setan-setan telah menyesatkan aku;
  4. nafsu amarah telah memerintahkanku untuk berpaling dari kebenaran dan kejujuran serta melarangku berbuat baik; dan
  5. teman yang jahat telah membantuku untuk berbuat maksiat.

Namun demikian, tolonglah aku, wahai Dzat yang selalu memberikan pertolongan kepada mereka yang memohonnya. Jika Engkau tak berkenan mencurahkan rahmat kepadaku, siapa lagi yang dapat mencurahkan rahmat kepadaku selain Engkau?”

Allah telah mengecam panjang angan-angan sebagaimana firman-Nya:
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. Al Hijr (15):3)

Berkaitan dengan hubbud dun-ya (cinta dunia) Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang hatinya telah dilapisi oleh kecintaan duniawi, maka ia akan selalu diliputi oleh tiga hal, yaitu: kesengsaraan yang tidak ada habisnya; rakus yang tidak berkesudahan; dan angan-angan yang tidak ada ujungnya.” (HR. Thabarani)

‘Ali radiallahu anhu berkata:
“Yang aku khawatirkan terhadap kalian adalah dua hal, yaitu mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, sebab mengikuti hawa nafsu akan menghalangi dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan menyebabkan lupa akhirat.”

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: “Amal yang paling utama adalah menyelisihi hawa nafsu.”

Adi bin Zaid berkata dalam syair:
Janganlah engkau bertanya tentang identitas seseorang
tetapi tanyakan siapa teman dekatnya
sebab setiap teman itu
suka mengikuti perbuatan orang yang ditemaninya

Sabtu, 19 Juni 2010

LIMA INTISARI ZUHUD

0 komentar
Ahli bijak berkata: “Zuhud itu mengandung lima hal, yaitu:
  1. percaya sepenuhnya kepada Allah;
  2. meninggalkan semua yang dapat melalaikan Allah;
  3. ikhlas dalam beramal;
  4. sabar ketika dizhalimi orang lain; dan
  5. qana’ah terhadap rizki yang diterima.”

Yahya bin Mu’adz berkata: “Seseorang tidak akan bisa mencapai tingkatan zuhud yang sempurna, kecuali ia telah memiliki tiga faktor dasar, yaitu:
  1. beramal semata-mata karena Allah;
  2. berkata tanpa ada kecenderungan rakus terhadap harta keduniaan; dan
  3. mulia tanpa memiliki pangkat keduniaan.”

Adapun yang dimaksud dengan zuhud yang sebenarnya adalah seperti yang disabdakan Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam :

“Zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkan yang halal, juga bukan menyia-nyiakan harta, tetapi zuhud itu adalah engkau tidak menggantungkan diri pada sesuatu yang ada pada dirimu, tetapi lebih percaya pada sesuatu yang ada di tangan Allah. Juga lebih banyak mengharapkan pahala sewaktu menerima musibah dan engkau lebih senang menerima musibah sekalipun musibah itu menimpa selama hidupmu (sebab pahalanya besar).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Abu Dzar)

Syekh Junaid berkata: “Yang disebut zuhud adalah hati selalu merasa ridha sekalipun usahanya gagal.”

Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Zuhud adalah tidak panjang angan-angan dalam urusan duniawi, bukan mengkonsumsi makanan yang tidak enak dan bukan pula mengenakan pakaian yang sangat sederhana.”

Orang yang zuhud tentu tidak akan bangga dengan keduniaan yang dimilikinya, juga tidak akan meratapi apa yang luput darinya.

Jumat, 18 Juni 2010

LIMA HAL YANG PALING UTAMA

0 komentar
‘Umar radiallahu anhu berkata:
  1. “Aku telah memperhatikan semua teman, namun tidak ada teman yang lebih utama daripada memelihara lisan.
  2. Aku telah memperhatikan semua pakaian, namun tidak ada pakaian yang lebih utama daripada wara’.
  3. Aku telah melihat semua harta, tetapi aku tidak melihat yang lebih utama daripada qana’ah.
  4. Aku telah melihat semua kebaikan, namun aku tidak melihat yang lebih utama daripada ikhlas dalam beramal.
  5. Aku telah melihat semua makanan, namun aku tidak melihat yang lebih nikmat daripada sabar.”


  6. Menurut Ibrahim bin Adham, yang dimaksud dengan wara’ adalah meninggalkan semua hal yang syubhat. Adapun meninggalkan semua yang tidak bermanfaat, itu namanya meninggalkan hal yang sudah semestinya. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

    “Jadilah orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik dalam beribadah.”

    Qana’ah adalah tidak mencari-cari sesuatu yang tidak ada pada dirinya dan merasa cukup dengan apa yang ada padanya. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

    “Jadilah orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik dalam beribadah. Jadilah orang yang qana’ah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling pandai bersyukur kepada Allah. Cintailah manusia lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau akan menjadi orang mukmin yang sempurna. Berbuat baiklah dalam hidup bertetangga, niscaya engkau akan menjadi seorang muslim yang baik. Kurangilah tertawa, sebab banyak tertawa dapat membuat hati menjadi mati.”

    Berkaitan dengan perintah untuk berbuat baik kepada orang lain. Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

    “Hati itu diciptakan cenderung untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan cenderung membenci orang yang telah berbuat buruk kepadanya.”

    Dalam kebaikan terdapat keridhaan manusia, sedang dalam taqwa terdapat keridhaan Allah. Barang siapa berhasil meraih keduanya, sungguh telah sempurna kebahagiaan dan nikmat yang diraihnya. Orang baru disebut sabar apabila dirinya telah memenuhi tiga kriteria (ketika mendapat qadha’ yang tidak disukainya), yaitu:
    1. mampu mengendalikan diri dari membenci qadha’ tersebut;
    2. mampu mengendalikan lisannya dari ucapan yang buruk; dan
    3. mampu mengendalikan anggota badannya dari memukul, menyobek-nyobek pakaian, mencoreng-coreng muka, menaburi kepalanya dengan debu, dan lain-lain (tindakan yang tidak baik dilakukan).

Kamis, 17 Juni 2010

LIMA NASIHAT AL-BALKHI

0 komentar
Syaqiq Al-Balkhi berkata: “Ada lima perkara yang harus kalian kerjakan, yaitu:
  1. beribadahlah kepada Allah, sebab kalian pasti membutuhkan-Nya;
  2. ambillah harta duniawi ini sekadar cukup untuk memenuhi hidup kalian;
  3. berbuatlah maksiat kepada Allah jika kalian memang kuat merasakan siksaan-Nya;
  4. persiapkan bekal di dunia menurut ukuran lamanya kalian tinggal di dalam kubur (dan sesudahnya); dan
  5. beramallah untuk meraih surga sesuai dengan tingkatan tempat yang kalian inginkan.”

Rabu, 16 Juni 2010

LIMA PENYEBAB CELAKA DAN BAHAGIA

0 komentar
Muhammad Ibnu Dauri rahimahullâh berkata: “Iblis itu celaka karena lima hal, yaitu:
  1. tidak pernah mengakui dosa yang dilakukannya;
  2. tidak pernah menyesal setelah melakukan perbuatan dosa;
  3. tidak pernah mencela dirinya;
  4. tidak pernah punya niat untuk bertobat; dan
  5. putus asa dari rahmat Allah.

Sebaliknya, Nabi Adam alaihi salaam bahagia karena lima hal, yaitu:
  1. mau mengakui dosa yang pernah beliau perbuat;
  2. menyesali dosanya;
  3. mencela dirinya sendiri(karena melakukan suatu kesalahan);
  4. segera bertobat (setiap kali melakukan kesalahan); dan
  5. tidak putus asa dari rahmat Allah.”

Kalimat pengakuan Nabi Adam alaihi salaam atas dosanya adalah sebagai berikut:
Robbanaa zholamnaa anfusanaa wa illam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khoosiriin.
“Wahai Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri, Apabila Engkau tidak mengampuni diri kami dan tidak merahmati kami, tentu kami termasuk orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf (7):23)

Berkaitan dengan pengakuan atas dosa yang pernah dilakukan, Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba itu jika mau mengakui dosa yang dikerjakannya, kemudian bertobat kepada Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berkaitan dengan penyesalan atas dosa yang pernah dilakukan, Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa melakukan suatu kesalahan atau berbuat dosa, kemudian ia menyesal, maka penyesalannya itu adalah sebagai kifaratnya.” (HR. Baihaqi, dari ‘Abdullah bin Mas’ud)
 
footer